Tara adalah seorang Ibu rumah tangga, yang cukup santun, cantik dan
pandai, dia seorang karyawati menengah yang sukses adapun suaminya Nico
sangat religius dan agak kaku; malah dapat digolongkan sangat
tradisionil jalan berpikirnya.
Kehidupan Tara menjadi berubah dengan segala prubahan zaman serta
kariernya, dimana dia bekerja disebuah hotel yang bintang lima di suatu
property di kota besar dibagian dunia ini.
Dengan penampilan Tara yang manis, ramah, pandai juga sexy, Tara
menjabat sebagai ‘Event Coordinator Manager’, adalah suatu bagian yang
memang cukup sibuk, di dunia ‘Hospitality Industry’ dan sering dia harus
bekerja sampai larut malam.
Didalam kehidupan social diHotel ada sebuah motto yang tak tertulis
bahwa semua orang seharusnya bantu membantu, apa bila orang pernah tidak
membantu satu bagian lain, otomatis suatu ketika dia akan kena batunya
sendiri karena tidak akan diperlakukan baik bila dia mendapat kesukaran
dikemudian hari.
Motto ini dipegang teguh oleh Tara, sejak kepindahaannya dari lain
perusahaan, yang benar-benar berbeda nafas dan warna usahanya; namun
dengan cepat Tara bisa mengikuti jalur permainannya.
Namun tak mengherankan juga, cara kehidupan yang begitu erat di property
Hotel itu akhirnya mereka juga saling menjalin kasih diantara mereka,
entah itu orang dari Front house dengan Back house, manager dengan
waitress nya, ataupun chef dengan front office officernya; walaupun, ada
tertulis bahwa mereka tidak boleh saling melecehkan pegawai, dalam arti
pelecehan apapun termasuk sexuality.
Banyak pegawai menyebutkan bahwa Tara adalah seorang yang sexy, menawan
dan ramah, dengan kulit ‘fair’ rambut panjang serta ‘grooming’ selalu
terjaga, tidak terlalu menyolok dalam berdandan, juga ringan tangan.
Mungkin hal ini karena dia dari Indonesia, yang terkenal dengan ramah
tamah dan berbudi bahasa halus.
Suatu saat pegawai Hotel dihebohkan dengan kejadian adanya pemerkosaan
dan pembunuhan sebelah kanan gedung property Hotel, dilakukan oleh orang
lokal yang memang tampang dan cara kehidupannya agak menyeramkan bagi
yang menemuinya, namun jumlah mereka tidak banyak, dan makin memudar.
Dengan peristiwa itu, banyak wanita pekerja Hotel itu harus di’escort’
sampai ketempat parkir atau pun tempat pemberhentian bis dimana dia
harus mengambil jalur bis menuju ke rumahnya masing2 di malam hari, oleh
siapa saja yang bertugas malam itu, bagian front office yang laki-laki,
terutama Security.
Tak berbeda dengan Tara, diapun mendapat perlakuan yang sama karena
sering kali dia harus selesai jam 22:00 atau 22:30. dimana kadang dia
hanya naik bis saya menuju ke suburb dimana dia tinggal.
Disuatu malam, karena Hotel memang sedang sibuk sekali Tara harus pulang
malam, Tara menelephone pada suaminya yang sudah dirumah.
“Nic, kerjaan aku belum selesai tuh, mungkin aku sampai agak malam karena harus keluarin leaflets dan brochures ini besok pagi?”
“Biar deh aku naik bus aja ntar kamu jemput di halte bis aja ya?”
“Uchh aku juga lagi nyiapin presentasi buat besok nih Tar, udah deh bila
aku udah ngantuk ya sampai ketemu ditempat tidur aja ya”, jawab Nico.
“OK deh soalnya aku belum tahu sampai jam berapa aku selesai, I love you”
“OK I love you too, anak-anak udah pada belajar kok mereka udah mo pada bobo, udah ya muuacch!” kata Nico.
“Ya udah sampai nanti, Mmmuuachh”, sambut Tara dengan agak rasa kesal.
Tara meletakkan telephonenya dan mulai bekerja kembali menyelesaikan pekerjaannya yang menuntut penyelesaian malam itu.
Jam 20:00 dia turun keKantin untuk makan malam, banyak pria yang
menayakan akan keberadaannya dan menawarkan untuk panggil aja bila butuh
escort. Tarapun menjawab dengan ramah dan santai, sambil memikirkan
akan makan apa yang ada dikantin, karena kadang membuat dia bosan juga
makanan ala Hotel yang itu-itu juga, terasa kurang rasa, tidak seperti
di rumah makan Indonesia atau di warung makan biasa. Akhirnya dia cuma
makan cumi yang digoreng pakai tepung dengan sayur mayur dan sedikit
nasi goreng yang memang tinggal sedikit.
Tara tak menghiraukan lingkungannya selama makan, karena ingin cepat
kembali kepekerjaannya dan pulang tak terlalu malam, rupanya ada seorang
yang memperhatikan tingkah lakunya yang agak serius setengah resah.
“Banyak kerja Tara?”
Tarapun menoleh karena kaget rasanya sangat familiar dengan suara itu.
“Oh ya, kok kamu Harry, kok makan sini sih, bukannya kamu harusnya udah pulang tadi 2 jam yang lalu.”
“Ya sama aku juga terjerat kerja nih besok ada Press Release”, kata “Deputy Executive Managing Director” ini menerangkan.
Selesai kerja, Tara pergi kebawah menuju keFront Office untuk minta
“escort”, kemudian seorang ditugaskan untuk mengantarnya sampai kehalte
bis menunggu sampai dia naik bis.
Namun tiba-tiba Harry menyahut dari belakang, “Biar saya saja yang mengantar Tara”
Maka Tarapun jadi tidak enak hati dan menjawab, “Gak usah deh Harry biar Peter aja yang menantarku, keluargamu menunggumu”
“Ya OK deh Peter, antar Tara kepemberhentian bis, jangan kamu pulang bila dia belum naik bis ya”, godanya.
Sampai dirumah, Nico telah mengorok diperaduannya, melihat anak- anaknya
udah lelap, kelihatan sangat suci sekali wajahnya dalam tidur
nyenaknya. Cepat Tarapun membersihkan diri dan masuk ke quilt menyusul
Nico tidur di malam spring yang agak sejuk itu. Mendekap Nico dari
belakang, berusaha melupakan kekesalannya terhadap Nico yang selalu agak
masa bodoh.
Segera terjatuhlah Tara tertidur, namun belum pulas sekali; Nico merasa
bahwa istrinya telah berada disampingnya, segera dia membalik dan
melucuti pakaian Tara, juga dirinya sendiri. Segera dia memasukkan
kemaluannya kedalam vagina Tara.
Walaupun Tara agak capek dari kerja masih terpejam matanya, dia tak
dapat mengelak perilaku suaminya yang memang tanpa permisi dan basa basi
bila ingin menyalurkan syahwatnya, pun pula tanpa “warming up” dan
cumbuan; Nico langsung menancapkan kemaluannya dan memompanya sepuasnya,
bagaikan sebuah mesin sex yang lagi di”switch on”, semua getaran badan
Nico terasa dibadan Tara.
Belum juga Tara merasa mencapai pendakian birahinya, Nico telah sangat
memburu nafsunya dan deru nafasnya tak terelakkan, kemudian keluarlah
air many Nico dalam rahim Tara , creet, cret, cret. Tarapun menjadi
kaget, karena dia masih belum separoh jalan menuju ke puncak
pendakiannya dan masih harus berkonsentrasi akan rasa gesekan penis Nico
dalam relung kenikmatannya, namun Nico telah KO, dan lunglai di
dadanya.
Betapa jengkel dan kecewa hati Tara, akan perlakuan suaminya yang selalu
tak pernah memberikan kesempatan untuk berexpresi dan mendapatkan
kenikmatan bila mereka membuat cinta. Namun Tara harus menerimanya
dengan diam, karena telah beribu kali dia utarakan untuk berbicara
mengenai hal yang satu ini, namun Nico, menjawabnya dengan masa bodoh
seolah, memang itu tanggung jawab wanita, sebagai pelampyas nafsu suami
titik.
Esoknya, Tara kembali bekerja dengan tekunnya, memang kebetulan kamar
kerja Tara berada agak pojok dan ngak banyak orang lalu lalang karena
memang kegiatannya yang membutuhkan ketenangan, dalam menghadapi para
langganannya. Tiba-tiba pintu terbuka tanpa ketukan, ternyata, Harry
yang masuk, kontan kaget Tara akan kehadirannya, karena biasanya bila
orang masuk tentu mengetuk pintu terlebih dahulu. Matanya agak sayu dan
langsung menutup pintu kamar dan berkata,
“Tara, kau tentu tahu bahwa aku menyukaimu, bukan saja pinggul dan dadamu yang indah, namun perilakumu meruntuhkan imanku.”
“Kudambakan kelembutan wanita seperti kau, dan aku tahu, kau akan
mengimbangi deru cinta dan nafsuku Tara”, berkata begitu sambil menatap
mata Tara yang masih agak terperanjat namun juga sebagai kejutan,
karenanya darahnya berdesir kencang sewaktu tangan Harry menggapai
tanggannya, dan meremasnya halus.
Ditariknya tangan Tara lembut dengan tangan kirinya dan tangan kanannya
menggapai leher Tara dan menariknya mendekat di mukanya, dalam sekejap
bibir Harrypun telah menempel dibibir Tara dengan hangatnya. Terasa,
hangat dan bergetar bibir Tara menerima kenyataan indah ini, sesaat
Harry mendorong lidahnya dan memainkannya dirongga mulutnya dengan
aktif, sambil sesekali menekan dan menghisap liurnya.
Jantung Tara berdegup kencang, dan darah berdesir, keringat mulai
membasah, menerima kenikmatan. Hangatnya dekapan yang tak
disangka-sangka, membuat tubuhnya bergetar dan menggeridik bulu
kuduknya, dalam berpangutan hangat ini. Akan tetapi, dirasakannya ada
suatu halangan kenikmatan mereka, karena mereka berciuman terpisahkan
antara meja tulis selebar 90 sentimeter. Maka bergesarlah Harry kearah
balik meja dimana Tara berdiri, dan langsung mendekatkan dirinya pada
Tara dan mendekapkan tangannya dipunggung Tara, kemudian merambatkan
tangannya memegang leher dibalik rambut Tara yang panjang sebahu. Diraba
dan dielusnya leher Tara dengan lembut, sambil bibirnya terus memangut
bibir Tara yang hangat.
Hampir lupa Tara bila dia dalam keadaan dinas; terhenyaklah mereka
ketika telephone berdering, serta merta Tara mendorong pelan Harry,
mengangkat telp dan menjawabnya setelah sesaat dikuasainya diri dan
emosinya sendiri.
“Event coordinator office, Tara speaking”
Ternyata yang telepon dari graphic designer bicara mengenai design yang
telah Tara setujui akan langsung di cetak, dan Tara menyetujuinya.
Setelah selesai pembicaraan dengan graphic designer, Harrypun terus memegang tangan Tara lagi, dan mengatakan,
“Tara, jangan lari dariku lagi please, aku mencintaimu”
“Akan kuatur kebahagian kita bersama, will you accept this please”
Tara tak kuasa menjawab, hanya anggukan kepala dengan mata tak berkedip
memandang Harry, seolah cahaya kuat yang mempunyai daya tarik yang besar
menyedot dirinya hampir dia tak akan bisa melepasnya. Maka Harry pun
menegaskan sekali lagi.
“Tara, aku ngak puas dengan anggukanmu, katakan bahwa kau juga merasakannya!”
Akhirnya Tarapun berkata, “Ya Harry, akupun merasakannya dan akan kucoba memenuhi tuntutan jiwaku”
“Kuharap kau sabar Harry, atas kebingunganku ini, namun tak kupungkiri aku mencintaimu juga”
Harry segera menggapai tangan Tara sekali lagi dan mengelusnya sambil
mengecup bibir, kemudian meninggalkan ruangan untuk mengadakan “Press
Release”.
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 12:15 siang dan terasa Tara butuh
mengisi perutnya yang sudah mulai merengek minta dipenuhi, dan diapun
meninggalkan ruangan menuju ke kantin. Tara tak banyak bercanda dengan
sejawatnya, hanya sekedar basa basi dan ketawa menyegarkan suasana.
Sekembali Tara keruang kerjanya, didapatinya surat tertutup yang
ternyata dari Harry.
“Tara, temui aku jam 8 malam di paviliunku room 1431, thank you for your acceptance.”
Terasa berdesir darah menjadi cepat mengalir, terhentaklah jantungnya
bagaikan halilintar menjambar dirinya, tak kuasa menahan deru detak
jantung yang semakin mengencang, bingung rasanya apa yang akan diperbuat
nanti malam, dalih apa yang akan disusunnya untuk memberitahu Nico
suaminya. Segera Tara memutuskan menelphone Marrisa ‘Executive
Secretary’ di’executive Offce’, memberitahukan bahwa dia ada appointment
dokter siang itu dan akan kembali ke Hotel jam 4 sore untuk meneruskan
kerjaannya, yang menurut agendanya dia akan selesai dimalam hari.
Marrisa menjawab bahwa dia akan mencatat semua pesan-pesan yang masuk
dari telephone untuknya.
Kepergian Tara sebetulnya hanya akan menjenguk Nico dikantornya dan
sambil minum kopi bersamanya sejenak, kemudian dia pulang bersama Nico
untuk bertemu dengan anak-anak, hampir satu setengah jam Tara bermain
dengan anak-anaknya, Tara kembali keHotel lagi dan bekerja kembali. Sore
jam 6 dia minta “room service” untuk mengirim secangkir kopi
kekantornya dan sedikit kue supaya Tara dapat menghemat jam kerjanya
untuk menyelesaikan pekerjaannya hari itu.
Tepat jam 19:50 malam Tara berajak dan menutup pintu menuju ke atas lantai 14 no 31, dimana Harry sudah menunggu nya.
Setelah dia memencet tombol bel Harrypun membuka pintu, seraya mepersilahkan Tara masuk ke dalam Paviliunnya.
Kaget bukan kepalang ketika berhadapan dengan Harry, karena Harry hanya
mengenakan jas kamar dan menalikan sabuknya tidak kencang, jadi sebagian
paha atasnya yang berbulu kelihatan. Segera Harrypun menyadari keadaan
dan merangkul, membimbing Tara kedalam sambil membetulkan jas kamarnya.
Segera, berkatalah Harry, “Tara kamu lelah, releks aja ya bersamaku
disini, jangan kau hiraukan penampilanku, saat ini, telah kusiapkan
dinner untuk kita berdua, maukah kau menemaniku malam ini?”
Tara menjawab, “Saya yakin ini bukan sebuah order dari atasanku, namun
aku datang untuk memenuhi komitmenku kepadamu, ya kita akan bersama
beberapa saat malam ini.”
Serta merta Harry menggapai dagu Tara dan segera menempelkan bibir hangatnya kepada Tara dengan penuh kasih dan emosinya.
Tara pun tak tinggal diam dan segera menyambut sapuan lidah Hari dan
menyedotnya dengan keras air liur Harry, dililitkannya lidahnya
menyambut lidah Harry dengan penuh rasa getaran birahi, serasa dia bisa
menghilangkan sekejap semua kekecewaan bathinnya akan sikap Nico
suaminya.
Setelah puas meraka bertautan merekapun berajak untuk makan malam.
Selama makan malam, mereka bukan hanya menceritakan pengalaman indah
dalam perkawinannya, namun juga kekecewaan dan himpitan dalam rumah
tangga mereka masing-masing. Sesekali tangan mereka saling mengelus dan
meremas; tak terasakan lilin telah hampir tinggal separoh batang, habis
terbakar oleh bara yang romantis dan syahdu. Hampir jam 21:00 mereka
selesai makan, Harrypun kemudian masuk dan mengambil jas tidur wanita
yang biasa disediakan untuk tamu VIP, bahan dari silky warna kuning
lembut pastel dan katanya,
“Tara, ganti ini yuk, nanti pakaian kerja kamu kusut loh”
“Boleh nggak kubukakan pakaianmu, sayang”
“Boleh Harry, tentu sekalian kau akan menyayangiku kan?”
“Ya Tara, gimana kalau kita pindah di kamar tidur saja”, seraya
digendongnya Tara dari ruang makan ke kamar tidur dan direbahkannya
tubuh molek itu di kasur.
Segera, Harrypun membalik badannya dan menuju ke Audionya memasang satu
set lagu-lagu klasik, “Serenade”, Hofstetter ciptaan Haydn, “Waltz of
the Flowers” dari Peter Tchaikovsky dan” The four Season: “Spring” dari
Vivaldi, dimana lagu-lagunya lembut namun ceria penuh gairah; sangat
cocok untuk musim spring, dimana saatnya setiap insan sedang
enak-enaknya membuat cinta, karena dunia pernuh warna dan hangatnya pas,
nyaman sekali untuk semua insan didunia.
Kembali Harry membalikkan badannya ke Tempat tidur, ternyata Tara telah
ganti pakaian dengan jas tidurnya dengan tidak ditalikan sabuknya,
terlihatlah bra yang transparan dengan “push up bra style”warna pastel,
memberikan kesan seakan payudara Tara hampir tumpah meluap keluar lebih
dari sepertiganya. Tangan kiri Tara mengelus-elus payudara yang sebelah
kiri yang masih dibalut bra, sedangkan tangan kanannya membelai
“pussy”nya yang menyembul mendesak CDnya, karena Tara memang mengenakan
celana “mini high cut style”.
Melihat pemandangan yang mempersona itu, segera Harrypun menghampiri
Tara dengan deburan darah dan nafsunya, langsung menyambar bibir Tara
yang lembut dan hangat, dilumatnya bibirnya dan didorongnya lidahnya
untuk mencari lawannya didalam rongga mulut yang tak begitu besar itu.
Dan didalam sana ternyata sambutan hangat, agak liar telah siap menari
bersamanya didalam dan bertautlah keduanya dengan penuh nafsu birahi.
Getaran jantung serta desiran darah Tara mengantarnya sampai kepintu
kenikmatan yang tiada berujung, sementara tangan kanan Harry otomatis
mendarat disembulan hangat payudara sebelah kanan Tara yang segar;
dielusnya lembut, diselusupkan tanganya dalam bra yang hanya 2/3
menutupinya dan dikeluarkannya buah dada Tara, ditekan, dicarinya
puntingnya kemudian dipilin halus seraya ditariknya pelan. Dengan
perlakuan ini Tarapun melepas ciuman Harry dan mendesah, mendesis,
menghempaskan kepalanya kekiri dan kekanan.
Selepas tautan kedua bibir hangat itu, Harry menyapu dagu dan leher Tara, hingga Tarapun meracau menerima dera kenikmatan ini.
“Harry, getaran dalam tubuhku mendera sukmaku Harry, kenapa kudapatkan ini darimu bukan dari Nico”
“Harry, hantarkan aku mencapai awang-awang bersamamu, berikan aku kesempatan untuk menikmati bara cintaku denganmu Harry.”
“Aaachh shheesstt, aachh aachh”
Harrypun melepas kegiatan mulutnya.
“Tara, aku telah khawatir tadi bila kau akan lari dariku, telah lama kudambakan ini denganmu, aku mencitaimu Tara.”
“Mengapa baru kali ini aku bisa menggapaimu, jangan lagi kau pergi dariku”
Tangan Harry pun segera membuka kaitan branya yang ada di depan, dengan
sekali pijitan jari telunjuk dan Ibu jari sebelah kanan Harry, segeralah
dua buah gunung kembar indah itu menyembul keluar menikmati kebebasan
alam yang indah. Segera ditempelkannya bibir hangat Harry pada buahdada
Tara sebelah kanan, disapu dan dijilatnya sembulan daging segar itu,
secepat itu juga merambatlah lidahnya pada puting coklat muda keras,
segar menentang keatas. Dikulumnya puting itu dengan buasnya, sesekali
digigit halus dan ditariknya dengan gigi Harry. Adapun reaksi Tarapun
semakin mengila, mengerang dan melenguh, sambil mengangkat badannya
seraya melepaskan Jas tidurnya berserta bra yang telah dibuka Harry dan
dilemparkannya dikursi dekat tempat tidur tersebut.
Harry segera menyadari keadaan, dengan giat penuh nafsu Harry menyedot
buahdada Tara yang sebelah kiri, tangan kanannya meraba dan menjalar
kebawah sampai dia menyentuh CD Tara dan berhenti digundukan nikmat yang
penuh menentang segar keatas, segera dirabanya kearah vertical, dari
atas kebawah, yang ternyata ditemuinya sudah basah lembab, tanda cairan
birahi tara telah tak tahan menahan dera kenikmatan dari perlakuan
Harry. Segera Harrypun menurunkan CD Tara tersebut, mendorongnya dengan
kaki kirinya sampai jatuh ke karpet. Adapun tangan kanan itu segera
mengelus dan memberi sentuhan rangsangan pada memek Tara, yang dibagian
atasnya ditumbuhi bulu halus terawat dan dipangkasnya adapun dibagian
belahan memek dan dibagian bawahnya bersih dan mulus tiada berambut,
rangsangan Harry ini semakin tajam dan hebat hingga Tara meracau.
“Harry touch me please, touch me..”
“Harry make me fly, I want to fly with you darling, please.”
Harry segera membuka belahan gundukan tebal memek Tara, dengan dua jari
telunjuk dan jari tengah dibantu dengan Ibu jari nya untuk menyentuh
lebih dalam lagi mencari klitoris Tara; kemudian disapunya dengan
telunjuknya ke atas dan kebawah. Tarapun mengerang-erang kuat tak bisa
terkontrol. Adapun mulut Harrypun segera menjalar kebawah menyambut
klitoris yang telah hangat dengan sentuhan jari telujuknya lalu
dijulurkan lidahnya menggatikan kegiatan jari tangannya, disapunnya
klitoris yang semakin membesar dan keras itu, ditekannya dengan penuh
nafsu, bagai serigala yang sedang yang mendambakan kenikmatan daging
rusa atau kembing muda, ataukah sang lebah yang ingin menghisap madu
surga dunia bersama Tara; sedang kegiatan tangan kanan Harry tetap
melanglang buana dalam lorong kenikmatan Tara menari didalam rongga yang
gelap; Tarapun mengelinjang dan teriak tak tahan menahan orgasmenya
yang akan semakin mendesak mencuat bagaikan merapi yang ingin
memuntahkan isi buminya; sambil terengah-engah Tara mendorong pantatnya
naik, seraya tangannya memegang kepala Harry dan menekannya kebawah
sambil meracau.
“Harry, fuck me darling, please fuck me with your tongue”
Harry pun memindahkan tangannya dari relung kenikmatan Tara dan
digantikannya dengan lidah yang kuat dan digerakkannya keluar masuk
diantara lembah kenikmatan dan relungnya; Tarapun menjerit menerima
ledakan Orgasmenya yang pertama, magmanya pun meluap menyemprot keatas
hidung Harry yang mancung.
“Harry aku keluaarr, aacchh Harry memekku berdenyut kencang, kiss me please kiss me darling..”
dan.. mengejanglah Tara beberapa waktu sambil tetap meracau.
“Harry kau jago sekali memainkan lidahmu dalam memekku darling, Please
kiss me, acch ini permainan indah Harry baru kali ini aku benar
mendapatkannya”
Harry segera bangkit mendekap erat, diatas dadanya Tara yang dalam
keadaan oleng menyambut getaran orgasmenya; diciumnya mulut Tara dengan
kuatnya, yang disambutnya oleh Tara dengan tautan garang, menyerang
lidah Harry dalam rongga mulutnya yang indah. Tergoleklah Tara tak
berdaya sesaat, Harrypun mencumbunya dengan mesra sambil tangannya
mengelus-elus seluruh tubuh Tara yang halus, seraya memberikan kecupan
hangat didahi, pipi dan matanya yang terpejam dengan penuh cinta;
dibiarkannya Tara menikmati sisa-sisa kenikmatan orgasmenya yang hebat,
juga memberi kesempatan menurunnya nafsu yang ia rasakan, kemudian
katanya,
“Harry kau memberikan aku kebahagiaan, tak pernah aku merasakan sentuhan laki-laki yang nikmat seperti ini.”
“Dengan Nico, aku lebih hanya menjalankan kewajibanku, mempersembahkan
badanku untuknya, dan tak mempunyai hak untuk menikmatinya.”, dengan
perasaan getir yang dalam Tara mengucapkannya.
“Sudahlah, jangan kau ucapkan lagi, kita nikmati saja kebersamaan kita
berdua, tak ingin rasanya keindahan ini terganggu dengan kekecewaan yang
melintas di benak kita masing-masing.”
Dengan sentuhan dan belaian Harry, Tara terbangkit gairah nafsunya lagi,
segera dia bangkit, di dorongnya pelah badan Harry yang berada
diatasnya, direbahkannya badan Harry disampingnya. Tara menundukkan
kepalanya di pipi Harry, dicium dijilatinya pipinya, menjalar
kekupingnya, dimasukkannya lidahnya kelobang kuping Harry, sehingga
Harrypun meronta menahan gairahnya; kemudian jilatan Tara turun kebawah
sampai dipunting susu kiri Hari yang berambut, dibelainya dada Harry
yang penuh dengan rambut kecil, sedang tangan kanannya memainkan puting
yang sebelah kiri. Menggelinjang Harry mendapat sentuhan yang menyengat
dititik rawannya yang merambatkan gairahnya itu, iapun mengerang, dan
mendesah.
Kegiatan Tarapun semakin memanas dengan diturunkannya sapuan lidahnya
sembari tangan Tara merangkak ke perut dan dimainkannya lubang pusar
Harry sedikit ditekan kebawah dan kesamping, terus dilepaskannya dan
dibelainya perut bawah Harry akhirnya sampai kekemaluan Harry yang sudah
mengeras namun masih terbalut dc wana biru gelap. Kemudian dibuka,
dielus lembut dengan jemari lentiknya batang kemaluan Harry, yang
menentang ke atas berwarna kemerahan, kontras dengan kulit Harry yang
putih, kepalanya pun telah berbening air birahi. Melihat keadaan yang
sudah sangat menggairahkan tersebut, tak sabarlah Tara; segera
menempelkan bibir hangatnya kekepala kontol Harry dengan penuh gelora
nafsu, disapunya kepala kontol dengan cermat, dihisapnya lubang air
seninya, hingga membuat Harry memutar-mutar kepalanya kekiri-kekanan dan
mendongkak dongkakkan kepalanya menahan kenikmatan yang sangat indah
tiada tara, adapun tangannya menjambak Tara.
“Tara kekasihku, dera nikmat darimu tak tertahankan, kuingin memilikimu seutuhnya Tara”
“Tara please berikan ini ditiap menit di kehidupanku jangan kau lari dariku sayangg, jangan kau lari dariku Tarraa”
Tarapun tidak menjawabnya, hanya lirikan matanya sambil mengedipkannya
satu kearah Harry yang sedang kelojotan, sukmanya terbang melayang ke
alam raya oleh hembusan cinta birahi yang tinggi, diiringi lagu “The
four Season: Spring” dari Vivaldi.
Adapun tangan Tara memijat dan mengocoknya dengan ritme yang pelan dan
semakin cepat, serta lidahnya pun menjilat seluruh permukaan kepala
kontol tersebut, temasuk dibagian urat yang sensitive bagian atas sambil
dipijat-pijatnya dengan penuh nafsu birahinya.
Sadar akan keadaan Harry yang semakin mendaki puncak kenikmatanya, dan
dia sendiripun telah terangsang, denyutan memeknya telah mempengaruhi
deburan darah ditubuhnya, dia lepaskan kuluman kontol Harry dan segera
dia memposisikan dirinya diatas Harry menghadap dikakinya, dan
dimasukkannya kontol tegang Harry dalam relung nikmatnya, segera diputar
memompanya naik turun sambil tekan pijatnya dengan otot vagina sekuat
tenaganya, ritme gerakannyapun ditambah sampai ke kecepatan maksimal.
Harrypun teriak, sementara Tarapun berfocus menikmati dera gesekan
kontol Harry, yang menggesek G-spotnya berulang kali, menimbulkan dera
kenikmatan nan indah sekali. Tangan Harrypun tak tinggal diam diremasnya
pantat Tara yang bulat montok indah, dan dielus-elusnya anusnya, sambil
menikmati dera goyangan Tara pada kontolnya akhirnya mereka berdua
berteriak..
“Tara aku tak kuat lagi.. berikan kenikmatan lebih lagi Tara, denyutan di ujung kontolku sudak tak tertahankan.”
“Kau pandai seperti kuda binalku, kau liar sekali Tara, kau membuatku melayang Tara, aku mau keluar!”
Lalu disuruhnya Tara memutar badannya menghadap pada dirinya dan
dibalikkannya Tara posisi tidur dibawah bersandarkan bantal tinggi dan
menaikan kedua kakinya dibahunya, Harrypun bersimpuh di depan memek
Tara, sambil mengayun dan memompa kontolnya dengan ritme yang cepat dan
kuat, karena tak tahan lagi Harry akan denyutan diujung kontol yang
semakin mendesak seolah mau meledak.
“Tara, please, let me release my valve, I am cumming, pleasee..”
“Tunggu Harry, orgasmeku juga mau datang sayang, kita sama-sama”
Akhirnya Creet, creet, creet, tak tertahankan bendungan Harry jebol
memuntahkan spermanya di vagina Tara, adapun bersamaan Tarapun mendengus
dan meneriaknan erangan nikmatnya; segera disambarnya bibir Harry,
dikulumnya dengan hangat dan disodorkannya lidahnya dalam rongga mulut
Harry, seraya didekapmya badan Harry yang sama mengejang, basah badan
Harry dengan peluh menyatu dengan peluhnya, terkulailah Harry didada
Tara, sambil menikmati denyutan vagina Tara, yang kencang menyambut
Orgasmenya yang sangat nikmat, selama ini belum pernah ia rasakan.
Dibelainya rambut Tara dengan penuh kasih dan sayang, dikecupnya dahinya.
“Honey, Thank you, I love you so much, I want to grow old with you, please don’t go away from me, you make me a’live again.?
Mereka bangun dan digendongnya Tara dikamar mandi dan di mandikannya
Tara dibawah shower dan disabuninya dengan lembut sebagai tanda terima
kasihnya dimalam itu. Segera berpakaian mereka kembali, kemudian
dihantarkannya Tara kerumah suaminya.
Ditemuinya Nico telah lelap di tempat tidur kembali dengan tenang dan
damai, secepatnya tara berganti pakaian tidur, dan menyusul suaminya
masuk dalam quiltnya dan mendekap Nico.
Karena nikmatnya permainan cinta malam itu, Tara bermimpi indah, bersama Harry semalaman.
*****
Sejak kejadian malam itu di pavilliun Harry, Tara selalu mendambakan
belaian Harry dan ingin selalu merasakan kemaluannya yang menggeliat di
dalam vaginanya, bila teringat hal itu Tara selalu menelan ludahnya dan
tak jarang dia melamun sejenak dalam kesibukannya, segera terhenyak bila
telephone berdering ataupun tersadar bila ia diburu dengan tanggung
jawabnya.
Jum’at malam ada sebuah event untuk sebuah Oil Company yang akan
merayakan “Hari Jadi” perusahaan tersebut, pesta ini mengikut sertakan
sebagian besar staffnya, jadi memang agak besarlah event yang akan
diaturnya untuk malam nanti.
Pagi-pagi dia sudah ke field, ruang pesta, dan menyiapkan segala
sesuatunya, kontak dengan dapur, mengenai makanan yang akan bergulir
untuk nanti malam. Suasana Hotel masih sepi belum banyak pegawai mulai
masuk terutama ‘waiters’nya; Tara ada di ruang ruang pesta sendirian, di
pantry mencheck untuk terakhir kalinya; tiba-tiba Harry telah
mendekapnya dari belakang dan mendaratkan ciumannya dileher Tara seraya
menelusuri dagu dan bersarang di bibir lembut Tara.
“Selamat Pagi gadisku, kuingin memuaskanmu disini, nikmatilah sayang kehadiranku.”
Secepat itu juga dinaikkannya Tara diatas “pantry”, bagaikan kilat di
perosotkannya CD Tara, kemudian mulut Harry telah bersarang di gundukan
nikmat Tara. Tara yang telah biasa dengan perilaku suaminya, maka dia
juga bisa menerima perlakuan Harry ini, maka Tara hanya menghisap nafas
dalam-dalam dan menahannya sebentar dan dihembuskannya perlahan-lahan;
Namun tentu saja dengan Harry mendapatkan sensasi yang lain dan memang
dia mengharapkannya perlakuan semacam ini ditiap detik nafas dan
hidupannya yang baru.
Dinikmatinya rasa indah di bawah sana sambil menggelepar dan mengerang.
Clitorisnya pun merasa semakin membesar dan vaginanya berdenyut kencang
tak tertahankan. Tanpa dia sadari tangannya sendiri menggapai
payudaranya dibawah blazernya dan di remasnya, beberapa saat kemudian
ditelusupkannya tangannya kedalam bluse dan dirabanya puntingnya dan
dipelintirnya sendiri, nikmat sekali rasanya seakan membuatnya
melayang-layang.
Setelah puas Harry menjilatin dan mengentot vagina Tara dengan lidahnya,
berdirilah dia dan menarik retsleting celana panjangnya dan
dikeluarkannya kemaluannya dari lubang CDnya.
“Tara, kukunci pintu besar itu jangan kuatir, kita making love disini Okay?”
“Harry lakukanlah, entoti aku dengan gaya dan nafsu birahimu, aku akan menikmatinya”
Harrypun tersenyum dan menusukkan kontol yang tegang dan perkasa itu
kedalam vagina Tara yang sudah membasah melelehkan air nikmatnya, karena
menahan birahinya.
Sambil berdiri Harry mengentot, memompa kontolnya kuat-kuat dan penuh
birahi, sesekali badannya dibungkukkannya, untuk menggapai wajah Tara
yang tersenyum manis selama di entotnya. Geregetan rasa Harry melihat
wajah yang manis dan penuh gelora cinta di depan matanya. Tara sangat
menikmati hujaman kontol Harry dan sambil berkata,
“Harry, terus sayaang puaskan daku, ingin aku mati bersamamu dalam keadaan kau entoti aku begini.”
“Enak Harry enak sekali teruskan.. nikmat batang kontolmu menghentak-hentak ubunku Harryy, ngiluu Harry!”
Segera diangkatnya tubuh Tara.
“Tara pompa kontolku naik turun, kau tentu pandai mengerjakan buat sukmaku melayang bersamamu Taraa”,
Segera Tara digendong menghadapnya dengan kedua kakinya di pinggang nya,
serta tanggan Harry memegang pinggang Tara. Segera dikocoknya badan
Tara naik-turun, dan Tarapun ikut aktive melakukan permintaannya sambil
terus berfucus pada kenikmatan gesekan kontol Haryy, yang membuatnya
gilu geli menhujam seluruh tubuhnya hingga bergetar.
“Harry boleh aku keluaar?”
“Ya gadisku kita sama-sama, memekmu hangat menjepit, memilin kuat
kontolku, kontolku berdenyut mau keluar spermaku sayang, Oooh kau gadis
nakalku.. kau binall!”
Dan orgasmelah mereka berdua dengan rasa bahagia meliputi mereka.
Kemudian diletakkannya tubuh Tara di pantry kembali, sambil melepaskan
kontol Harry, digesernya badan Tara sejajar dengan pinggir pantry,
kemudian disodorkannya dimulut Tara, segara Tara mengerti maksudnya
dikulum dan dihisapnya kontol tegang itu sampai bersih kembali.
Cepat-cepat mereka membersihkan diri di “wash basin” di”pantry” itu,
segera mereka merapikan baju mereka. Harry mendekap Tara, mencium kening
pipi dan mulutnya, sambil mengatakan:
“Kau sempurna, gadisku, kita nikmati hidup ini dengan sebaik-baiknya, seindah matahari bersinar setiap hari..”
“Adakah kamu menikmati permainan kita tadi Tara?” maukan kau menikmatinya ditiap kesempatan ada?”
“Ya Harry saya bahagia, dan menikmatinya ngentot denganmu darling”
Dikecupmya Tara sekali lagi dan mengucapkan selamat kerja, kemudian
ditinggalkannya Tara meneruskan pekerjaannya. Adapun Tara sendiri merasa
bahagia, nikmat, seolah ringan dalam tubuhnya, karena birahinya
tersalurkan baik dengan orang yang dia cintai, dia lalu mengerjakan
pekerjaannya dengan suka cita.
Selang dua hari kemudian, dipagi hari, jam 7 pagi Tara sudah ada
dikantornya, Tara mendapatkan SMS dari Harry, dimana Tara memang sangat
mengharapkannya.
“Datanglah ke lantai 9, aku sedang mencek kamar VIP untuk siang ini,
bawa set brochures yang untuk kamar 914, Housekeepernya kelupaan.”
Segera datanglah Tara kelantai 9 dan memberikan nya ke Harry, yang bertemu dilorong dekat kamar penyimpanan Linen Hotel.
Begitu melihat Tara datang, segera Harry membuka kedua lenggannya dan
menyambutnya dengan dekapan dan ciumannya dibibir hangat Tara. Sadar
akan keadaan, segera dibawanya Tara kekamar linen tersebut segera
dilanjutkannya melumat bibir Tara, sambil tangan kirinya meraba
pantatnya yang penuh, dan memerosotkan CD dan stokingnya, ditariknya
dengan kakinya supaya turun terus ke lantai. Segera setelah itu,
tanggannya pindah ke depan menggapai gundukan vagina Tara yang sudah
menunggu kenikmatan ciptaan tangan Harry. Tangan Tarapun tak tinggal
diam, dan dibukanya retsleting celana Harry dan segera diturukannya
semua termasuk celana dalam Harry secepat kilat.
“Tara, kita sambut pagi ini dengan ceria matahari pagi ya, Kita making
love disini, para ‘Housemaid’ belum datang, tenang saja kita OK.”
Tara meminta Harry untuk memindahkan kursi ini ke pintu, maka
dilakukannya perintah Tara, untuk memindahkan sebuah kursi didepan
pintu. Dan dibukanya baju Tara semua dan juga Tara membuka baju Harry,
hingga mereka telajang bulat, tak selembar benangpun melekat pada tubuh
mereka. Harry memposisikan dirinya berdiri berhadapan dengan Tara, kaki
Tara sebelah kiri mengait kaki kanan Harry dan sebaliknya Kaki kiri
Harry mengait kaki kanan Tara, segera Harry menyelipkan penisnya dalam
vagina Tara, sambil tangan kiri mereka memegangi kaki kiri mereka yang
menepel di pantat mereka masing-masing.
Harry mengayun pantatnya kuat-kuat dan Tarapun menjepit, dan mengerakkan
vaginanya mengimbangi ayunan Harry, kenikmatan mereka daki bersama,
dengan dengausan dan erangan kecil-kecil dari mulut mereka terlepaskan,
dan dengan sepenuh tenaga, Harry melaksanakan tugasnya dengan sempurna,
hingga Tara mengerang kuat mendapat orgasmenya. Tara merangkul Harry
kuat-kuat sambil memangut, dan menghisap liur Harry dengan garang penuh
nafsu birahi.
Setelah reda emosi dan getaran seluruh tubuh Tara, dilepaskannya semua
posisi itu dan Harrypun minta Tara menungging dengan berpegangan ditiang
teroli linen yang terbuat dari kayu yang kuat dan besar itu. Maka
ditusukkannya penis merah Harry divagina Tara dari belakang, dan
digoyang-goyangkan berulangkali untuk mendapatkan posisi yang nikmat
untuk Tara, reaksi tarapun segera merintih menikmati goyangan tersebut,
dengan goncangan penis Harry yang menggesek G-spotnya didalam sana,
seolah ada sesosok tubuh yang kuasa menarik dorong sukma nya dari
ubun-ubun, Tara pun mencengkeram tiang kayu itu sambil meracau tak
menentu.
Kemudian dengan ayunan pasti penuh nafsu birahi dihujamkannya penis
tegang Harry itu berualang-ulang pada Vagina Tara, terasa Vagina Tara
melelehkan cairan kenikmatannya membuat derap penis Harry semakin lincah
menari didalam relung nikmat Tara.
Sungguh, nikmat yang dirasakan Tara, diapun mendongak-dongakkan kepalanya sambil meracau.
“Harry, enaak, Haarry teruskan aku sedang mendaki bersamamu sayang.”
“Hunjam memekku keras-keras, layangkan aku ke angkasa, biarkan aku mendapatkan orgameku yang indah lagi Harry!”
Harrypun semakin giat mendapat seruan Tara, di hentakkannya lebih keras
kontol yang keras itu di relung nikmat Tara dan akhirnya iapun merasakan
denyutan kepala kontolnya tak tertahankan lagi.
“Tarra aku dataang, nikmatilah ini, siapkah kau menerimanya?”
“Ya Harry, aku sudah siap, membungkuklah dan cium punggungku dan remas susuku Harry”
“Cepat lakukanlah aku akan orgasme aacchh sshhtt, Harry enak sekali aku sampai juga Harryy..”
Cepat otomatis, Hary membungkuk dan menciumi punggung Tara, meremas-remas payudara Tara dengan gairahnya yang memuncak.
“Tarra, achh aku keluarr, adduhh enak Tara!”
Sesudah selesai mereka orgasme, lunglailah mereka di kursi duduk dan saling berpangkuan.
Jam menunjukkan jam 8:20 am, telah 1 jam 20 menit mereka bermain cinta
di kamar linen lantai 9 tersebut; segera, diraihnya lipatan handuk dari
tumpukannya di troli kayu tersebut dan di bersihkannya badanya dengan
handuk itu, kemudian berpakain sebaik-baiknya dan mereka berpelukan
kembali mengucapkan selamat bekerja, lalu mereka membuang handuk
kotornya ke tube, supaya jatuh ke ruang linen di basement, kemudian
mereka berpisah.
Tara cepat kekamar mandi wanita di lantai 3 dan cepat-cepat membersihkan
badannya di bawah shower, menyabun tubuhnya dan di elus-elus lembut
memeknya, sambil tersenyum sendiri mengenang nikmatnya ngentot dengan
Harry, terlupakanlah sedikit pedih kehidupan yang ada dihatinya, hidup
bersama suaminya Nico. Dibilasnya dibawah shower tubuhnya, segera
setelah itu berpakaian, kemudian membetulkan “grooming” wajah dan
rambutnya. Segera dia kembali keruang kerja dikantornya, jam menunjukkan
8:50am, segera Tara memulai pekerjaannya hingga selesai. Adapun Harry
berlaku sama hanya dia menuju ke Pavilliunnya dan mandi lagi sebentar
dan turun ketinggkat 5 di kantor Executive Office dan menunaikan kerja
nya kembali dengan aman dan damai. Hari itu sangat indah baginya dan
harapannya untuk ngentot dengan Tara selalu menjadi obsesinya disetiap
harinya.
Event week end mendatang ada penyelenggaraan ‘Grand Prix’ di kota itu,
Hotel penuh dari pertengahan minggu sebelumnya, sebagian staff dapur dan
para waiter/waitress dikonsentrasikan kelapangan diweek end itu, dengan
membuka dua tenda atas nama Hotel disekitar lapangan pacuan itu; karena
banyak para Businesman/woman, dan paraa Celebreties menyaksikan balap
mobil Formula 1 itu. Sebagian besar lagi para waitres/waitress
dikonsentrasikan untuk event malam hari di restaurant-restaurant
diproperty hotel, adapun siang hari memang agak lengang suasana di
Hotel. Karena Kebetulan ‘General Manager’nya tugas turun kelapangan,
maka Harry ditugaskan incharge didalam property Hotel tersebut.
Kesibukan Tara sudah agak menurun, karena biasanya kesibukan Tara
memuncak sebelum event berlangsung. Saat yang indah itu, dimanfaatkan
mereka berdua saling mengirim SMS, Harrypun datang kekantor kerja Tara,
yang berada di pojok itu, segera ia mengunci pintu kantornya dan
diraihnya Tara dengan buasnya kemudian dilucutinya baju bawahnya, semua
tanpa kecuali, dan diangkatnya Tara dimeja kerjanya lalu didudukkanya
diatas meja kerja, segera dijilatinya memek hangatnya dengan lahapnya.
Tara memejamkan matanya, sambil berpegangan kepala Harry menahan
serentetan kenikmatan dan denyutan memeknya yang sangat luarbiasa
sensasinya; maka digoyangkannya pantatnya sambil duduk, mengharapkan
dera dan tusukan lidah Harry untuk segera menggapai dinding dalam
rahimnya, Tara mendorong-dorong kepala Harry supaya masuk jauh kedalam
selangkangannya. Sambil mengerang, ia menjepit kepala Harry karena dia
mendapat Orgasmenya di pagi itu. Harry bangun dari selangkangan Tara
setelah Tara mulai merenggangkan selangkangannya dan segera mendekapnya,
diciuminya Tara dengan nafsunya yang membara bersama asmaranya menutupi
semua perasaan yang ada di pagi itu.
Setelah Tara pulih kembali, dibiarkan dia merebahkan dirinya di meja
kerjanya, selang beberapa menit, segera diturunkannya celana Harry,
sambil berdiri dijulurkannya kontol tegangnya pada klitoris Tara,
dimainkannya lagi klitoris itu dengan kontolnya, hal ini menimbulkan
gairah Tara kembali menyelubungi tubuhnya. Setelah Tara menggeliat dan
melelehkan getah bening memeknya, Harrypun menusukan kontolnya dalam
Vaginanya, segera dipompanya dengan ritme pelan dan kemudiaan cepat, di
tariknya lagi, diam sejenak dan dihujamkannya lagi dengan kuat.
Tara belingsatan dan mendongkak-dongkak kembali dan
digoyang-goyangkannya kepalanya kekiri dan kekanan sambil giginya
menggigit bibir bawahnya dengan kuat untuk menahan dera nikmat yang
sangat dia inginkan tiap harinya. Sampai akhirnya Harry mengatakan akan
mencapai ejakulasinya, ingin mereka menuangkan sama-sama, dan mereka
selesaikan kenikmatan itu dengan sempurna, muncat tiga kali sperma dalam
rahim Tara, segera dicabutnya kontol Harry, diputarnya badan Tara
kepinggir meja dan disodorkannya kontol Harry kemulut Tara, segera Tara
membuka mulutnya dan dikulumnya kontol Harry yang tegang merah, sedang
memuncratkan spermanya langsung dalam tenggorokannya, segera ditelannya
semua sperma itu, lalu dijilatinya kontol Harry dengan penuh kasih
sayang. Setelah selesai session itu, mereka segera merapikan diri dan
bekerja kembali.
Jam 11 siang, Tara telephone Marissa mengatakan akan ke dokter lagi, dan
Marissa pun akan menolongnya mencatat pesan untuk Tara. Namun
sebetulnya Tara hanya naik ke tinggkat 14 kamar No 31, di Paviliun
Harry, disana Harry telah menunggu nya, setelah Harry berpesan ke
Marissa bahwa dia akan pergi kelapangan balap selama 3 jam, kontrol
keadaan di sana.
Segera setelah Tara Masuk ke Paviliun, tak sabar lagi Harry menggendong
tara di kamar mandi dan melepas semua bajunya, untuk mandi bersama.
Setelah mereka telanjang dimasukkannya Tara dalam bathtub, Harry berdiri
dipinggir bathtub, di mintanya Tara menyepong dan mengelus-elus
kontolnya, maka di elusnya buah zakar Harry lalu dikulum, dijilatnya
dengan lidah nakal Tara, dimain-mainkannya dalam mulutnya, Harry
mengerang kuat-kuat sambil matanya dipejamkan. Kemudian dirambatkannya
lidah Tara kebatang kontol Harry, sambil menyapu dan menyedot seluruh
batang kontol Harry, tangan Tara memilin dan memainkan buah zakarnya
yang mengecil.
“Tara, kamu nakal, kamu menggodaku, kulumlah Tara kepala penisku itu, mainkanlah dengan lidah yang nakal itu..”
Diturutinya kemauannya, di kulumnya kepala Panis Harry, dan dimainkannya lidahnya dilingkaran kepala Panis yang menyembul itu.
“Aaacchh Tara, manisku, kau jalang, kau binal.. kau gadisku, kau milikku Taraa, kau selalu memuaskanku Tarra..”
Tara pun melepaskan kulumannya, dan minta dicium mulutnya dengan mulut lembutnya Harry.
“Harry kiss me darling, I need you always, I want to be with you always darling.”
Ditariknya pelan Harry kedalam air dan segera menduduki kontol yang
keras itu dan menyelipkannya dalam vaginanya, sambil dia mendongkakkan
kepala kearah belakang diayunkannya badannya, memompa penis Harry, dan
Harry, memegang pinggang dan punggung belakang Tara menjaga supanya tak
terbalik jatuh ke belakang. Sebagai, dewi amor sedang mengamuk Tara
melonjak-lonjak memompa penis tegangnya Harry hingga pendakian birahinya
mencapai puncaknya dan Tarrapun orgasme lagi.
Harry mengangkat Tara, dibalikkannya badan Tara supaya dia tiduran
menungging releks dalam bathtub, kemudian dia tusuk dan pompa memek Tara
dari belakang sambil Harry menekuk lututnya dalam air tersebut. Tara
mengerang lagi, diiringi dengusan nafas Harry yang memburu, terus penis
Harry menghujam dan menari didalam relung nikmatnya Tara dengan
bebasnya, erangan dan raugan mereka berdua tak bisa dihindarkan dan
akhirnya mereka mencapai orgasmenya yang kesekian kalinya dihari yang
indah itu.
Mereka mandi bersama dan menguyur badan bersama, setelah puas mereka
mengeringkan badan mereka dan beranjak ke tempat tidur. Melihat badan
Tara yang masih telanjang itu, Harry ingin mencumbunya lagi, didorongnya
Tara ketempat tidur, dan direbahkannya dia, dengan kaki masih menjutai
dipinggir tempat tidur. Dimasukkannya lagi kontolnya walau belum tegang
sepenuhnya, dan digoyang-goyangkannya terus menerus, sampai benar-benar
keras, didalam liang vagina Tara, kemudian dihujamkannya kencang-kencang
kontol buas itu pada memek Tara yang kenyal, sempit menghimpit dan
berdenyut di dalam.
“Tara biarkan aku biadab, menuruti nafsu binatangku kepadamu, kaupun
akan merasa bahagia dengan perlakuanku ini, katakan bila kau tak
menyukainya.”
“Harry lakukanlah, kau wild dan aku menyenanginya, kuingin kontolmu
nyelip disana terus dimanapun aku pergi, dari pagi sampai petang, akan
ku pilin dan kupijit dengan denyutan memekku terus menerus Harry!”
“Harry aku bosan memakai dcku akan kuganti pakai kontolmu saja didalam sana untuk menutupi memekku”
Harry memejamkan matanya, sambil menjawab, “Heemm, Tara, kau benar-benar binaall!”
Tara, merasakan keindahkan making love dengan Harry, sukmanya menari,
seiring deburan darah dan detup jantungnya setiap kali ia mendapatkan
hujaman kontol Harry; ngilu, geli, seribu rasa ada dalam tubuhnya seakan
ia melayang-layang dialangit yang biru tiada berbatas; hingga sampai
saatnya terasa ia akan orgasme lagi.
“Harry aku siap, magma didalam akan segera meledak Harry, berikan spermamu didalam sana”
“Okey Tarra, aku dattaangg segera”
Ddan Creett, creet, creet, sempurnalah pergumulan mereka disiang hari
itu. Maka robohlah Harry di badan Tara, dengan penuh peluh di badan dan
kepalanya..
Mereka tertidur selama 1.5 jam, kemudian mereka membersihkan diri lagi,
berpakaian kembali. Tara keluar dari Paviliun Harry dengan sebelumnya
mengecup bibirnya mengucapkan selamat siang dan selamat kerja lagi.
Hari itu Tara pulang sore, karena merasa capek sekali seharian ngentot
bersama Harry, dijalan dia membeli makanan kesukaan Nico dan anak-anak.
Sesampai dirumah mereka makan malam dan main dengan anak-anak sebentar,
dan setelah bercakap-cakap dengan Nico, dibahasnya semua masalah rumah
tangga sehari itu, kemudian menyuruh anak-anak tidur. Sedang Nico
menggandeng Tara masuk kedalam kamar dan meminta jatahnya yang dua hari
tidak didapatkannya dari Tara.
Dalam hati Tara mengeluh, “Mati aku hari ini, sekian kali aku harus
mengentot, memekku sudah terasa lelah sekali”, namun sekali lagi ini
kewajiban, tak bisa ditolaknya permintaan Nico.
Segera, Nico melucutinya, dan merebahkan Tara di tempat tidurnya,
secepat itu juga Nico menghunjam memek Tara, mulailah “mesin sex”
tersebut menderu sejalan dengan derap birahi Nico.
Puas Nico, menghujam tanpa perasaan dari depan, dibalikkannya Tara
supaya menungging, dan di hujamkannya kontol ngaceng Nico dari belakang,
tak lama kemudaian dia sudah memuncratkan sperma birahinya di dalam
rahim Tara, tanpa harus mengimbangi perasaan Tara, dalam usahanya
mendaki birahinya untuk sama-sama menikmati cinta suami istri yang
sedang memadu kasih, dengan cara yang terdalam, yakni ngentot.
Kembali kecewa dalam hati Tara, dan benar-benar kesal akan perilaku
Nico, yang selalu sepihak dalam menunaikan tugasnya sebagai suami. Sedih
sekali perasaan Tara, namun sekali lagi dia tidak bisa mengelak dan
protes kepada Nico suaminya. Esoknya, Tara kembali bekerja, dia mendapat
e-mail dari sebuah perusahaan Garment dari designer terbaik di negeri
itu, dimana mereka akan mengadakan pameran dan peragaan dalam Hotelnya,
kira-kira 10 hari mendatang. Tara segera menyiapkan segala sesuatunya
untuk penyelenggaraan pameran dan peragaan pakaian elite ini.
Setiap sore Tara harus tinggal sampai agak larut, menyusun brochures dan
undangan kepada orang-orang yang pantes diundang dan
penyelenggaraannya. Harrypun harus juga mendorong dan mendukung usaha
Tara dalam hal ini, maka kebersamaan mereka tak ada yang mencurigai.
Sering Tara tinggal di Paviliunnya, dan mencari tanda tanggannya Harry;
bila Harry bilang mau mengerjakannya di pavilliun, dan Tarapun harus
datang, walau akhirnya mereka berdua selalu melampyaskan hasrat
birahinya di paviliun itu.
Di suatu hari Sabtu, Tara mengatakan ke Nico bahwa dia akan masuk kerja,
ada kerjaan yang tidak selesai. Namun setelah dia kerja sejam di
kantornya, Harry memanggilnya. Setelah Tara berada di Paviliunnya,
sambil minum teh bersama, Harry mengeluarkan amplop tak tertutup
diberikannya kepada Tara.
“Tara, aku sangat mencintaimu, aku ingin juga sedikit memiliki cinta kepada anak-anakmu”
“Ini tanda cintaku pada anak-anakmu, karena aku tentunya tak bisa
memeluk dan menggapainya, Depositkan uang ini untuk sekolah anak-anakmu”
“Jangan sekali-kali kau pakai, kau akan mendapatkan bagiannya sendiri dariku”
Terperanggah Tara akan kata-kata Harry, dan melelehlah air matanya.
“Harry, apa artinya semuanya ini, akankah kau meninggalkan aku?”
“Tara, Jangan kau berburuk sangka padaku, kau adalah gadis binalku selamanya.”
“Tak akan kutinggalkan dirimu akan selalu kuusahakan yang terbaik
untukmu, untuk kita selalu saling memiliki”, maka diciumnya bibir Tara
dan dihapusnya air matanya.
Kembali mereka berpangutan, dan diteruskan seharian ngentot berdua
diruang tamu setelah minum teh, di dapur sambil memasak, karena Harry
dan Tara senang memasak.
Mereka mempunyai tekad menjalani cinta dan kebahagian mereka, mereka
tuai dalam “Rumah Besar” sambil melupakan kepedihan hidup dalam
keluarganya masing-masing, sampai waktu dan umur memisahkan mereka.